Minggu, 14 Juli 2013

Strategi Terbaik Untuk Memajukan Perusahaan

Ada pertanyaan, “Apa faktor utama dari kesuksesan perusahaan Anda?” Dalam menjawab pertanyaan yang, sebenarnya, sederhana ini sebagian besar pemegang otoritas perusahaan biasanya memberikan jawaban yang (dibuat) terdengar se-smart-smart-nya. Contoh, “Seperti perusahaan lain tahun ini sebenarnya kamipun merasakan dampak dari krisis global. Tetapi tim management berhasil merumuskan grand strategy yang tepat sehingga walaupun untuk market growth tahun secara umum zero.. dst.. dlsb.” Anggap saja hal di atas benar, semestinya ada jawaban yang paling simple, jelas dan asli smart (bukan kedengaran smart).

“Faktor utamanya adalah manusia.”

Ada yang meragukan validitas jawaban di atas?
People are our greatest asset atau manusia adalah asset kami yang paling berharga adalah jargon yang biasa kita dengar di setiap perusahaan. Jargon tersebut dilandasi oleh penelitian-penelitian yang menyimpulkan bahwa manusia (baca: karyawan) di setiap perusahaan mempunyai peran sentral di dalam kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Bila manusia di dalamnya bahagia, maka bisa dipastikan perusahaan tersebut akan mengalami kesuksesan. Dari penelitian-penelitian itu akhirnya muncul teori service profit chain.

Karyawan yang sangat berbahagia adalah titik tolak keberhasilan bisnis. Perhatikan ilustrasi di atas. Ketika para karyawan di satu perusahaan merasa sangat berbahagia bekerja maka mereka akan mempunyai the leadership in me atau jiwa kepemimpinan di dalam masing-masing individu. Jiwa kepemimpinan itu akan membuat karyawan lebih mampu mengembangkan intrinsic motivation atau motivasi dari dalam diri mereka sendiri dan mengimplementasikannya dalam bentuk kinerja yang produktif dan berkualitas.

Hal ini pasti akan membuat para pelanggan sangat puas dengan produk atau jasa yang dihasilkan para karyawan itu. Hanya pelanggan yang sangat puaslah yang mempunyai kemungkinan terbesar untuk menjadi pelanggan loyal. Nilai seorang pelanggan loyal bisa puluhan kali lipat dari pelanggan biasa. Bukan berapa jumlah uang yang dibelanjakan pelanggan dalam sekali transaksi yang membuat suatu perusahaan kaya, tetapi berapa kali seorang pelanggan mau melakukan transaksi (repeat business) dengan perusahaan itu. Repeat business yang diberikan pelanggan sangat puas itu akan memberikan jaminan profitabilitas kepada perusahaan.

 Sebagian dari hasil profitabilitas tersebut harus secara bijak dialokasikan untuk pengembangan dan ‘penghargaan’ (atau lebih tepatnya, pe-manusia-an) SDM yang ada. Dari situ siklus akan kembali berputar.
Cukup ‘sederhana’ bukan cara untuk menumbuh kembangkan bisnis Anda? Ah, masa iya sih sesederhana itu? Mungkin pertanyaan itulah yang justru dijadikan jawaban atas pertanyaan sebelumnya.
Hal sederhana sering kali menjadi rumit ketika tidak dilakukan. Kita sudah tahu bahwa people are the greatest asset alias manusia adalah asset yang paling berharga tetapi apa yang kita lakukan justru bertolak belakang dengan pengetahuan itu. Masa iya sih?

Ketika seorang pimpinan mengatakan sedang sibuk, kesibukan apa yang paling sering mereka lakukan? Yang paling biasa adalah mengejar deadline pengerjaan, pemeriksaan dan pengumpulan laporan-laporan. Yang berikutnya adalah meeting dan meeting dengan pimpinan yang lain seakan tanpa itu pengambilan keputusan tidak akan pantas. Yang berikutnya adalah menyibukkan diri dengan sesuatu (entah apa itu) di dalam kantor tertutup serta banyak lagi yang lainnya yang membuat mereka jauh dari manusia yang dipimpin. Betul?

Survei mengatakan bahwa tugas yang paling dihindari oleh kebanyakan pimpinan adalah berurusan dengan karyawan. Ini berarti pimpinan lebih suka berurusan dengan kertas atau dokumen, dengan file-file computer, atau dengan pimpinan lain. Ini juga berarti pada saat mereka berurusan dengan karyawannya mereka akan langsung memberi perintah tanpa mempertimbangkan kebutuhan karyawan bahwa mereka juga perlu di-manusia-kan.

Apa yang Anda lakukan ketika Anda harus berurusan dengan seorang karyawan yang kinerjanya memburuk? Memberi nasehat atau melakukan proses coaching yang layak? Membimbing atau langsung meminta mereka menandatangani SP alias surat peringatan? Atau mungkin membiarkan sembari berharap ‘waktu’ akan merubah mereka?

Apa yang Anda lakukan ketika karyawan dengan level terendah yang Anda miliki ingin berbicara mengenai ‘sesuatu’ dengan Anda? Segera meluangkan waktu atau menunjukkan padanya bahwa Anda sedang sibuk? Atau mempersilahkan dia duduk dan kemudian berusaha memberi masukan secepatnya agar ‘sesuatu’ itu lekas selesai dan dia segera keluar dari ruangan Anda?

Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, karyawan adalah roh perusahaan. Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan pelanggan. Mungkin membahagiakan mereka perlu investasi waktu, tenaga, dan materi yang besar. Tetapi membuat mereka tidak bahagia akan membuat kita membayar dengan waktu, tenaga, dan materi yang jauh amat sangat luar biasa lebih besar lagi.

Karyawan itu adalah manusia. Pelajarilah cara-cara yang manusiawi untuk memanusiakan mereka. Ketika Anda berhasil memanusiakan mereka, mereka akan memanusiakan pelanggan Anda. Ketika pelanggan Anda merasa di-manusia-kan, mereka akan menjadi fans bagi usaha Anda. Pelanggan yang telah menjadi fans itulah yang akan memberikan jaminan kelangsungan bisnis Anda dalam masa apapun.

Strategi memang sangat penting dan harus dipersiapkan secara matang. Rencana untuk mendongkrak KPI (Key Performance Indicators) jelas harus ada sebagai alat navigasi kita mencapai gol-gol yang telah dicanangan. Manusia (baca: karyawan Anda) tetaplah faktor yang terpenting karena merekalah yang akan menjalankan rencana dan strategi. Dari hal itu kita bisa menyimpulkan KEBAHAGIAAN KARYAWAN ADALAH STRATEGI TERBAIKInipun didukung oleh puluhan (bahkan mungkin ratusan) model survei kepuasan karyawan mulai dari Employe Satisfaction Index, Employee Engagement Index, dan lain sebagainya.

0 komentar:

Posting Komentar